Thursday, April 30, 2009

X-MEN ORIGINS: WOLVERINE

'X-MEN ORIGINS: WOLVERINE', Asal Mula Si Manusia Serigala
Film X MEN ORIGINS: WOLVERINE ini akan mengisahkan latar belakang mutan dengan cakar besi ini mendapatkan kekuatannya. Inilah film perdana dari seri X MEN ORIGIN yang direncanakan. Di sini juga diceritakan bagaimana Wolverine hidup sebagai mutan untuk membalas dendam pada Sabertooth yang telah membunuh kekasihnya.

Pemain: Hugh Jackman, Liev Schreiber, Danny Huston

Resensi Film
Sebuah kejadian tragis mengungkap siapa sebenarnya Logan (Hugh Jackman) dan saudaranya Victor (Liev Schreiber). Kedua bocah bersaudara ini ternyata adalah mutan. Logan mampu mengeluarkan cakar tajam dari sela-sela jarinya sementara Victor memiliki kuku-kuku yang sangat kuat. Kejadian tragis itu membuat kedua bersaudara ini terpaksa lari dari rumah.

Masa lalu yang suram ini membuat Logan dan Victor tumbuh menjadi dua orang yang penuh amarah. Untuk melampiaskan amarah mereka, Logan dan Victor lantas bergabung dengan tentara. Berbagai pertempuran dilalui dua saudara yang tak bisa menjadi tua atau mati ini. Suatu ketika karena kesalahan Victor, rahasia mereka berdua sebagai mutan terungkap dan ini dimanfaatkan oleh Kolonel William Stryker (Danny Huston) yang berencana membentuk satu kesatuan khusus tentara super.

Di tengah perjalanan, Logan merasa jenuh dengan kekerasan yang mereka lakukan dan memutuskan keluar dari kesatuan. Ini jelas membuat Stryker tak senang, Stryker kemudian memanfaatkan Victor dan Kayla Silverfox (Lynn Collins) untuk membawa Logan kembali untuk sebuah percobaan maut menggunakan logam Adamantium yang kemudian mengubah Logan menjadi Wolverine.

Tipu daya yang dilakukan Stryker membuat Logan dendam pada Victor yang kemudian berganti nama menjadi Sabretooth. Namun di saat rencana Stryker menjadi berantakan tak ada pilihan lain buat Stryker selain membangunkan Weapon XI (Scott Adkins) yang merupakan hasil eksperimen menggabungkan semua kekuatan mutan yang ada.

Seperti biasa, film hasil adaptasi dari komik atau video game selalu menuai kritik pedas dari para pecinta sumber aslinya ini dan film X-MEN ORIGINS: WOLVERINE ini juga bukan pengecualian. Banyak penggemar komik Wolverine yang merasa kecewa dengan hasil adaptasi ini karena dianggap tak bisa menerjemahkan karakter Wolverine ke layar lebar. 'Penyesuaian' memang tak bisa dihindari oleh sutradara dan penulis naskah film untuk membuat sebuah film adaptasi menjadi sebuah tontonan yang menurut mereka menarik.

Secara umum, film ini cukup menarik untuk ditonton. Latar belakang karakter utama dapat digambarkan dengan jelas meski di awal film, penggambaran masa kecil Wolverine dan Sabretooth sempat sedikit membuat bingung. Hugh Jackman mampu menampilkan kemarahan Logan dengan baik sementara Liev Chreiber yang berperan sebagai Victor juga juga sangat menjiwai tokoh 'pecinta kekerasan' ini dengan baik. Yang sangat disayangkan justru chemistry antara Logan dan Silverfox yang tak terbentuk dan terasa sedikit merusak motif Logan memburu Victor.

Namun di akhir kisah, tetap saja film bertempo cepat ini masih terasa menghibur. Terlepas dari konsisten atau tidak terhadap sumber aslinya, film hasil arahan Gavin Hood ini masih tetap sebuah film yang menarik. Mungkin yang agak sedikit mengganggu alur kisah hanyalah fakta bahwa film ini adalah prekuel dari trilogi X-MEn sehingga akhir cerita mau tak mau harus mengikuti awal dari trilogi ini. (Sumber: Fatchur Rochim, http://www.kapanlagi.com/)

Tuesday, April 28, 2009

JAMILA DAN SANG PRESIDEN

'JAMILA DAN SANG PRESIDEN', Kisah Nyata Perdagangan Perempuan

Pemain: Atiqah Hasiholan, Christine Hakim, Adjie Pangestu, Marcellino Lefrand, Surya Saputra, Fauzi Baadilah.

Resensi Film
Seorang perempuan bernama Jamila (Atiqah Hasiholan, Jamila sendiri adalah sosok Perempuan Seks Komersial (PSK)) tiba-tiba menjadi headline di semua pemberitaan nasional. Ia mengaku membunuh seorang pejabat tinggi negeri dan menolak mengajukan pengampunan hukuman mati dari Presiden.

Jamila dimasukkan dalam penjara yang dipimpin oleh seorang sipir perempuan yang sangat ditakuti, Ibu Ria (Christine Hakim). Di penjara inilah cerita Jamila bergulir, membuka sebuah luka bernama perdagangan manusia yang dialami oleh Jamila dan jutaan anak di Indonesia. Selama ini Jamila mencari adiknya yang terjerat dalam sindikat prostitusi anak, yang akhirnya mengantar Jamila ke penjara.

Persidangan Jamila menjadi panas dan semakin kontroversial dengan kemunculan kepala golongan fanatik (Fauzi Baadilah) yang mati-matian menentang pengampunan dari Presiden. Konflik di dalam penjara dengan Ibu Ria makin meruncing, sementara tekanan dari luar juga menjadi tidak tertahankan. Jamila semakin terpuruk, hukuman matinya semakin dekat.

Ide cerita JAMILA DAN SANG PRESIDEN berawal dari tiga tahun yang lalu, UNICEF meminta Ratna Sarumpaet, sutradara teater handal yang juga aktivis perempuan, untuk menjalankan sebuah penelitian mengenai woman trafficking ((perdagangan wanita) di Indonesia. Ratna berkelana ke Batam, Solo, Indramayu, Surabaya, dan kota-kota di Kalimantan, merekam beragam cerita dari ratusan ribu korban perempuan yang kemudian disatukannya dalam sebuah pementasan teater yang sangat membuka mata. Dua ratus ribu anak di bawah umur diperdagangkan di Indonesia setiap tahunnya untuk alasan yang sangat menyedihkan, kemiskinan dan kurangnya pendidikan.

Kedahsyatan tema dan kedalaman kebenaran yang diusung oleh pementasan teater JAMILA DAN SANG PRESIDEN menghasilkan pengakuan positif dari berbagai khalayak. Mata penonton basah, kepala-kepala tertunduk, kisah Jamila begitu mewakili hingga terbawa dan terus dikenang. Cerita ini harus diteruskan, JAMILA DAN SANG PRESIDEN dikonversikan menjadi sebuah media yang lebih bisa menjangkau berbagai lapisan masyarakat, yakni melalui sebuah film. (Sumber: Fatchur Rochim, http://www.kapanlagi.com/)

THE STONING OF SORAYA M

'THE STONING OF SORAYA M.', Nasib Malang Soraya

Pemain: Shohreh Aghdashloo, Mozhan Marn?, Jim Caviezel, Parviz Sayyad, Ali Pourtash, Navid Negahban, Mohammad Yazdani

Resensi Film
Freidoune Sahebjam (Jim Caviezel) yang sedang dalam perjalanan melewati sebuah desa kecil di Iran ketika mobilnya mogok. Karena tak punya pilihan lain, jurnalis Perancis ini lantas memutuskan menunggu di sana sementara mobilnya diperbaiki. Tak berapa lama kemudian muncul seorang wanita yang menceritakan sesuatu yang sama sekali di luar perkiraan Freidoune.

Wanita bernama Zahra (Shohreh Aghdashloo) itu meminta Freidoune untuk mengikutinya ke belakang rumahnya. Meski awalnya tak mau namun Freidoune akhirnya menuruti kemauan wanita yang mulai memaksanya ini. Sesampainya di belakang rumah, Zahra menceritakan apa yang terjadi di desa itu sehari sebelumnya.

Seorang wanita bernama Soraya (Mozhan Marn?) meninggal dianiaya seluruh penduduk desa. Awalnya Soraya hanya menolak diceraikan oleh Ali (Navid Negahban), suaminya, yang bermaksud menikah lagi dengan seorang gadis berusia 14 tahun. Karena Soraya tak mau diceraikan, Ali kemudian mengatur siasat dan membuat seolah Soraya berbuat zinah. Karena di Iran masih berlaku hukum rajam, maka tak elak Soraya pun mengalami nasib yang malang dihujani batu hingga meninggal. (Sumber: Fatchur Rochim, http://www.kapanlagi.com/)

Monday, April 27, 2009

DOOMSDAY

'DOOMSDAY', Wabah Virus Mematikan

Pemain: Rhona Mitra, Bob Hoskins, Malcolm McDowell

Resensi Film
Tahun 2008, Skotlandia dilanda virus mematikan yang bernama Reaper. Vaksin antivirus tidak berhasil ditemukan sementara jumlah korban yang berjatuhan makin banyak. Pemerintah Inggris tidak punya pilihan lain selain mengkarantina seluruh wilayah yang terinfeksi dengan harapan bisa menghentikan penyebaran virus.

25 tahun setelah wabah itu, obat penyembuh virus Reaper belum juga ditemukan dan selama itu pula Skotlandia menjadi tanah tak bertuan, terasing dari dunia luar. Namun ternyata usaha untuk menghentikan penyebaran virus Reaper ini gagal karena kasus serupa kemudian ditemukan di London.

Department of Domestic Security (DDS) yang dikepalai oleh Chief Bill Nelson (Bob Hoskins) terpaksa harus mengirim satu tim ke daerah karantina karena dari hasil foto satelit terlihat ada sekelompok orang yang berhasil selamat dari wabah. Tim itu bertugas mencari Doctor Kane (Malcolm McDowell), ilmuwan yang diduga berhasil menemukan obat anti virus Reaper.

Eden Sinclair (Rhona Mitra) ditugaskan memimpin tim itu. Eden adalah salah satu dari penduduk Skotlandia yang berhasil dievakuasi saat wabah menyerang. Eden terpaksa harus meninggalkan ibunya di daerah wabah saat evakuasi dilakukan.

Sesampai di daerah wabah, Eden mendapati bahwa daerah itu dihuni dua kelompok yang berhasil selamat dari wabah 25 tahun sebelumnya. Salah satu kelompok itu dipimpin oleh Sol (Craig Conway) yang langsung menangkap tim Eden dan bahkan membunuh beberapa anak buah Eden.

Film fiksi ilmiah produksi Inggris ini didistribusikan oleh Universal Pictures Maret ini. Kabarnya sutradara Neil Marshall menghabiskan dana sekitar 17 juta Poundsterling dalam memproduksi film ini. Namun keputusan untuk tidak membuat screening untuk film ini justru malah membuat film ini berkesan menghindar dari kritikus film. Dan ternyata keputusan itu mungkin ada benarnya karena secara garis besar, film ini tak menawarkan sesuatu yang baru.

Film bertema 'kehancuran dunia' memang bukanlah hal yang baru. Sebut saja RESIDENT EVIL dan 28 DAYS LATER juga mengusung tema yang kurang lebih sama. Atau kalau mau sedikit lebih melebar, MAD MAX dan ARMAGEDDON juga mengusung topik heroik yang sama pula. Akibatnya memang bisa diduga. Penonton dapat menebak alur cerita bahkan ketika film baru saja dimulai.

Seperti kebanyakan film laga, yang satu ini pun kurang memperhatikan kekuatan penokohan. Artinya karakter yang ada terasa begitu dangkal dan tak punya latar belakang yang cukup kuat untuk menjadikannya terlihat nyata seperti karakter di alam nyata. Akhirnya, yang jadi tumpuan harapan hanyalah serangkaian aksi laga yang dirangkai dengan sedikit cerita agar membuatnya jadi lebih bisa dinikmati.

Intinya, untuk bisa menikmati film ini Anda harus melepas dulu semua 'prasangka' dan membiarkan film ini mengalir begitu saja. Di akhir cerita mungkin Anda tak mendapatkan apa-apa, tapi setidaknya untuk sebuah film laga, yang satu ini tak terlalu buruk untuk ditonton. (Sumber: Fatchur Rochim, http://www.kapanlagi.com/)

CRANK 2: HIGH VOLTAGE

'CRANK 2: HIGH VOLTAGE', Bertahan Hidup Dengan Tenaga Baterai

Pemain: Jason Statham, Amy Smart

Resensi Film
Bila sebelumnya Chev Chelios (Jason Statham) harus memacu adrenalinnya untuk bisa tetap hidup, kali ini ia menghadapi kasus yang serupa meski kali ini ia akan membutuhkan banyak sumber daya listrik untuk membuatnya tetap hidup. Chev harus bertahan hidup dan mencari jantungnya yang telah ditukar oleh mafia Hong Kong.

Saat tak sadarkan diri, para mafia ini kemudian mengangkut tubuh Chev dan membawanya ke meja operasi. Mereka bermaksud mengambil jantung Chev yang kini telah menjadi sangat kuat akibat adrenalin yang terus berpacu. Para mafia ini bermaksud menggunakan jantung Chev untuk menggantikan jantung bos mereka yang mengalami gagal jantung.

Saat terbangun, Chev mendapati jantungnya telah diganti dengan jantung buatan yang hidup dari sebuah baterai yang diletakkan di luar tubuhnya. Baterai ini tidak dirancang untuk bertahan cukup lama karena peralatan ini biasanya hanya untuk menjaga denyut jantung pasien selama transplantasi jantung. Kini Chev hanya punya satu pilihan saja. Ia harus tetap bertahan hidup dengan jantung buatan yang ada dalam dirinya selama ia memburu para mafia yang telah mencuri jantungnya ini dan selama perjalanan Chev tak boleh lupa mengisi ulang baterai yang ada di pinggangnya, atau jantungnya akan berhenti berfungsi saat itu juga. (Sumber: Fatchur Rochim, http://www.kapanlagi.com/)

MATI SURI

'MATI SURI', Ketika Mati Tak Cukup Sekali

Pemain: Nadine Chandrawinata, Yama Carlos, Keith Foo, Mirasih Tyas Endah.

Resensi Film
Kisah berawal dari Abel (Nadine Chandrawinata) yang akan menikah dengan kekasihnya, Wisnu (Yama Carlos). Namun menjelang hari pernikahannya, muncul seorang wanita yang mengaku mengandung anak dari Wisnu. Wanita tersebut juga mengancam akan mengacaukan pernikahan Abel dan Wisnu, jika mereka tetap berencana menikah.

Sontak mendengar kabar tersebut, membuat Abel kecewa luar biasa. Abel yang tak mampu membendung kekecewaannya, memutuskan mengakhiri hidupnya sendiri. Beruntung, nyawanya masih bisa diselamatkan, meski harus koma selama beberapa waktu.

Namun sejak saat itu, hidup Abel tak lagi sama. Ia mengalami berbagai hal aneh dan mengancam hidupnya. Satu-satunya cara Abel mempertahankan hidupnya hanyalah jika Abel memilih untuk mati sekali lagi.

Meski telah banyak film-film horor yang di pasaran, tidak membuat sang sutradara, Rizal Mantovani gentar untuk membesut film horor. Dengan memberikan setting yang lebih 'gelap' dari film-film horor yang pernah dibuatnya, MATI SURI yang rilis pada 8 Maret 2009 ini mampu membuat penonton bergidik.

Seperti film-film horor Rizal sebelumnya, JELANGKUNG dan KUNTILANAK, di MATI SURI dapat ditemukan ciri khas film besutannya. Rizal masih setia membuat akhir film yang menggantung. Rizal sendiri menyebutnya akhir film yang terbuka, mengajak penonton untuk mendiskusikan setelah menonton film produksi Maxima ini. (Sumber: Fatchur Rochim, http://www.kapanlagi.com/)

STATE OF PLAY

'STATE OF PLAY', Skenario Politik Para Penguasa

Pemain: Russell Crowe, Ben Affleck, Rachel McAdams, Helen Mirren, Jason Bateman

Resensi Film
Seorang pencuri tertembak mati di sebuah lorong sementara di saat yang sama seorang wanita yang ternyata adalah asisten Senator Stephen Collins (Ben Affleck) meninggal akibat terjatuh dan terlindas kereta api. Dua kejadian yang seolah tak berhubungan ini ternyata punya kaitan yang kuat di mata seorang jurnalis bernama Cal McAffrey (Russell Crowe).

Cal semula adalah manajer kampanye Senator Stephen namun malah berakhir sebagai seorang jurnalis. Dengan bantuan Della Frye (Rachel McAdams) yang berambisi, Cal kemudian mulai mengumpulkan fakta-fakta yang seolah memang tak berhubungan dengan dua kematian tragis itu. Cal menduga ada sebuah persekongkolan di balik dua kematian yang seolah tak terkait ini.

Pelan tapi pasti, Cal dan Della mulai berhasil mengumpulkan fakta dan mulai tampak gambaran dari skenario di balik konspirasi ini. Semakin dekat Cal pada kebenaran, semakin ragu Cal untuk melanjutkan. Ia tahu apa yang akan ia ungkap bisa menggoyahkan pilar kepemimpinan negara dan tak mustahil jiwanya akan terancam bila investigasi itu ia lanjutkan. (Sumber: Fatchur Rochim, http://www.kapanlagi.com/)

THE INTERNATIONAL

'THE INTERNATIONAL', Mengungkap Kejahatan Antar Negara

Pemain: Clive Owen, Naomi Watts, Armin Mueller-Stahl, Brian F.O'Byrne

Resensi Film
Kematian rekan kerjanya ketika menjalankan tugas membuat Louis Salinger (Clive Owen), seorang petugas interpol, menjadi terobsesi menuntaskan sebuah kasus besar yang melibatkan sebuah institusi keuangan terbesar di dunia. Louis bahkan tak sadar bahwa apa yang ia lakukan tak akan banyak berarti karena institusi besar itu sudah punya jaringan yang kokoh di seluruh dunia.

Louis yakin bahwa International Bank of Business and Credit (IBBC) memiliki kaitan dengan serangkaian kejahatan yang terjadi di seluruh dunia. Ia menduga bank yang berbasis di Luxembourg ini terlibat perdagangan senjata, money laundering, dan berkuasa menentukan siapa yang akan menjadi pemimpin di sebuah negara. Dengan bantuan seorang jaksa New York bernama Eleanor Whitman (Naomi Watts), Louis mulai menelusuri jejak kejahatan IBBC ini.

Petualangan ini membawa Louis berkeliling dunia mulai dari New York, Jerman, Perancis hingga Italia hanya untuk memburu Wilhelm Wexler (Armin Mueller-Stahl), CEO IBBC, yang bertanggung jawab atas seluruh operasi ilegal bank ini sekaligus yang menjadi penyebab kematian rekan kerja Louis. Mampukah, dua orang petugas hukum ini merobohkan sebuah organisasi yang sudah berakar kuat di seluruh dunia?

THE INTERNATIONAL ini bisa disebut sebagai 'sisi lain' dari thriller dari Bourne atau Bond. Banyak adegan baku tembak dan kejar-kejaran dengan backdrop kota-kota terkenal di seluruh dunia namun dengan sosok hero yang lebih 'manusia'. Artinya, Tom Tykwer, sang sutradara, tak membuat tokoh utama ini menjadi seorang 'manusia super' yang sanggup berbuat apa saja namun lebih sebagai seorang manusia yang berusaha keras mewujudkan apa yang diyakininya.

Pengambilan gambar bisa dibilang sempurna karena ada kesan 'melelahkan' yang terwakili dari trik kamera untuk menggambarkan perburuan mengelilingi dunia ini. Suguhan backdrop beberapa lokasi penting seperti Guggenheim Museum di New York juga digunakan dengan efektif dan tak ada kesan seolah lokasi-lokasi ini hanya sebuah tempelan dalam keseluruhan jalinan cerita.

Sayangnya kisah indah itu harus berakhir di sini karena ada beberapa celah dari sisi penulisan naskah. Karakter beberapa tokoh utama seolah tak cukup mendapat pengembangan sehingga tak mampu menarik simpati para penonton. Akhirnya kesan yang muncul adalah: mereka ada dan bergerak sesuai kebutuhan naskah dan bukannya menjadi satu dalam naskah. Mungkin ide cerita ini terlalu besar untuk dikemas dalam format film berdurasi kurang dari dua jam.

Karena naskah yang tak memadai, maka mau tak mau memang yang jadi korban adalah Clive Owen dan Naomi Watts. Mereka tak mampu berbuat banyak untuk membuat tokoh yang mereka perankan menjadi sosok yang nyata. Namun dengan segala batasan itu, aktor dan aktris ini masih mampu berakting dengan cukup baik. (Sumber: Fatchur Rochim, http://www.kapanlagi.com/)

KNOWING

'KNOWING', Ramalan Dari Masa Depan

Pemain: Nicolas Cage, Rose Byrne

Resensi Film
Sebuah penggalian yang dilakukan di sebuah sekolah menemukan barang-barang dari masa lalu yang memang sengaja dikubur untuk ditemukan orang-orang di masa yang akan datang. Salah satu dari hasil temuan itu adalah deretan angka yang dibuat oleh seorang anak lima puluh tahun yang silam. Semula deretan angka itu terlihat seperti deretan angka acak namun ternyata di balik deretan angka itu tersimpan sebuah misteri.

Caleb Koestler (Chandler Canterbury), putra John Koestler (Nicolas Cage) membawa temuan itu dan menunjukkan pada ayahnya yang memang adalah seorang ahli astrofisika. Setelah meneliti deretan angka tersebut, John menyadari ada sebuah pesan yang ingin disampaikan oleh si penulis dan ternyata di dalam deretan angka itu juga tersimpan sebuah fakta yang menakutkan.

Dalam deretan angka itu tersimpan beberapa catatan kejadian selama lima puluh tahun terakhir. Artinya, saat deretan angka itu ditulis, sang penulis tahu apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Meski semula tak percaya, namun John akhirnya mau tak mau merasa khawatir bahwa ramalan yang tertulis dalam deretan angka itu memang akan benar-benar terjadi. Dan yang paling menakutkan adalah ramalan yang menyebutkan bahwa tak lama lagi ras manusia akan punah.

Kini John punya dua pilihan: membiarkan itu semua terjadi secara wajar atau berusaha untuk menentang takdir dan menyelamatkan seluruh umat manusia dari kepunahan seperti yang digambarkan dalam ramalan dari masa lalu itu. Masalahnya, adakah orang yang percaya pada kata-kata John atau John harus menjalankan misi mulia ini seorang diri.

Ide akhir dunia memang tergolong ide klasik. Bila Anda sempat melihat ARMAGEDDON yang dibintangi Bruce Willis di tahun 1998 lalu, kurang lebih ide itu juga yang coba diangkat lewat film ini. Bedanya mungkin adalah adanya pembauran antara pendekatan ilmu pengetahuan dan pendekatan agama yang disatukan dalam film berdurasi 121 menit ini. Mungkin Alex Proyas, sang sutradara, mencoba merangkul kaum agamis untuk bisa menikmati film ini dari sisi pandang mereka juga.

Sebenarnya ide Alex ini tak salah. Sayangnya dalam penuangannya jadi terasa sedikit mengganjal. Alex mencoba play safe dengan tidak berusaha menyebut agama secara terang-terangan tapi tetap saja penonton akan terbawa ke konotasi yang satu ini karena Alex memasukkan beberapa clue yang mengarah ke sana.

Soal special effect, sebenarnya tak ada yang baru tapi Alex menggunakannya dengan cara yang cukup efektif sehingga tak berkesan basi sementara dari soal akting, agaknya tak terlalu ada masalah yang cukup parah. Satu yang patut disayangkan justru adalah Nicolas Cage yang belakangan jadi sering terjebak bermain dalam film-film yang malah merusak image yang ia bangun sejak ia bermain dalam VAMPIRE'S KISS. (Sumber: Fatchur Rochim, http://www.kapanlagi.com/)

DONKEY PUNCH

'DONKEY PUNCH', Tujuh Orang Dalam Liburan Maut

Pemain: Nichola Burley, Tom Burke, Julian Morris, Robert Boulter

Resensi Film
Kim (Jaime Winstone), Tammi (Nichola Burley) dan Lisa (Sian Breckin) adalah tiga orang wanita Inggris yang sedang berlibur di Spanyol. Secara tak sengaja mereka bertemu empat pria Inggris yang kebetulan juga sedang berlibur di sana. Marcus (Jay Taylor), Bluey (Tom Burke), Sean (Robert Boulter) dan Josh (Julian Morris) bermaksud mengajak tiga wanita ini melanjutkan pesta di kapal pesiar milik mereka.

Semuanya berjalan sesuai rencana mereka. Namun ketika ecstasy mulai mempengaruhi kewarasan mereka bertujuh, segalanya mulai berjalan tak wajar. Pesta kemudian berlanjut ke ranjang dan terjadilah kejadian naas yang tak pernah mereka inginkan sebelumnya. Lisa yang berhubungan seks dengan Bluey berakhir mati akibat eksperimen posisi seks yang berakibat fatal.

Takut akan resiko yang akan mereka tanggung, para pria ini kemudian memaksa kedua Kim dan Tammi untuk setuju membuang tubuh Lisa ke laut dan melaporkan pada polisi jika Lisa terjatuh dan meninggal karena tak bisa berenang. Sayangnya, itu bukanlah solusi terbaik karena rasa bersalah yang makin lama makin mendera jiwa mereka akhirnya berubah menjadi ketakutan dan nyawa mereka semua terancam karena tak ada lagi yang bisa mereka percaya. Masing-masing merasa terancam dengan keberadaan yang lain dan berusaha saling bunuh untuk bisa lolos dari pembunuhan yang telah mereka lakukan. (Sumber: Fatchur Rochim, http://www.kapanlagi.com/)

RACE TO WITCH MOUNTAIN

'RACE TO WITCH MOUNTAIN', Misteri Gunung Penyihir

Pemain: Dwayne Johnson, Carla Gugino, AnnaSophia Robb, Alexander Ludwig

Resensi Film
Selama bertahun-tahun, orang percaya bahwa ada sebuah tempat di tengah gurun Nevada yang memiliki kekuatan supranatural. Beberapa orang mengaku pernah melihat fenomena dan kejadian aneh di tempat terpencil ini. Mereka menyebutnya Witch Mountain atau Gunung Para Penyihir.

Jack Bruno (Dwayne Johnson) adalah seorang sopir taksi yang beroperasi di Las Vegas tak jauh dari tempat yang disebut Witch Mountain tadi. Suatu ketika, Jack bertemu dua orang remaja bernama Sara (AnnaSophia Robb) dan Seth (Alexander Ludwig). Tak perlu waktu terlalu lama buat Jack untuk menyadari bahwa dua remaja ini ternyata memiliki kekuatan gaib namun di saat yang sama dua remaja ini juga memerlukan bantuan Jack untuk menghindar dari sekelompok orang yang mengejar mereka.

Maka mulailah petualangan Jack bersama dua remaja ini mencari Witch Mountain yang diyakini menjadi kunci misteri kekuatan Sara dan Seth. Namun Jack harus cepat karena ada orang pemerintahan, para gangster dan serdadu bayaran yang juga menginginkan Sara dan Seth.

Bila nama Witch Mountain terdengar akrab di telinga, Anda tak sepenuhnya salah karena film ini memang bukanlah sesuatu yang baru. Di tahun 1975 Disney memang sempat memproduksi film berjudul ESCAPE TO WITCH MOUNTAIN yang diadaptasi dari sebuah novel dengan judul yang sama. Malahan dua puluh tahun kemudian film ini sempat dibuat ulang walau dalam status made for TV alias tak ditayangkan di gedung bioskop.

Andy Fickman, sutradara yang dipercaya menggarap RACE TO WITCH MOUNTAIN ini enggan menyebut film ini sebagai remake dan memilih frasa a new chapter sebagai penggambaran dari hasil karyanya ini. Mungkin ada benarnya meski tak sepenuhnya karena ada beberapa perubahan yang terjadi tanpa menghilangkan esensi dari film aslinya.

Dari sisi akting, Dwayne Johnson alias The Rock tak punya masalah serius dalam film ini. Meski bertampang sangar dengan bodi kekar ia sama sekali tak terlihat 'berbahaya', dan pas bermain dalam film Disney yang memang ditujukan buat anak-anak. Dwayne memang banyak melakukan aksi kekerasan seperti dalam film-film yang ia bintangi sebelumnya, tapi ia tetap dapat menjaga keseimbangan antara berbuat kasar namun di saat yang sama terlihat protektif pada dua remaja dari planet asing yang diperankan oleh AnnaSophia Robb dan Alexander Ludwig yang juga tak kalah cemerlangnya.

Soal visual effect memang tak bisa dibandingkan dengan versi perdananya yang dibuat di tahun 1975. Teknologi sudah berkembang pesat dan hampir tak ada hal yang mustahil untuk di tampilkan pada layar dengan sempurna. Yang jadi masalah memang bukanlah akting atau special effect. Terlalu banyak celah dalam jalinan cerita yang membuat film ini jadi tak lagi logis. Buat anak-anak mungkin tak terlalu mengganggu karena mereka akan sibuk melihat aksi laga dan tak memperhatikan fakta-fakta kecil yang harusnya punya dasar logika. Tapi bagaimana dengan mereka yang sudah dewasa? (Sumber: Fatchur Rochim, http://www.kapanlagi.com/)

THE HURT LOCKER

'THE HURT LOCKER', Batas Tipis Antara Keberanian dan Kebodohan

Pemain: Jeremy Renner, Ralph Fiennes, Guy Pearce, Anthony Mackie, Brian Geraghty, Christian Camargo, David Morse, Evangeline Lilly

Resensi Film
J.T. Sanborn (Anthony Mackie) dan Owen Eldridge (Brian Geraghty) adalah dua orang tentara dari kesatuan tim gegana yag bertugas di Irak pada tahun 2004. Mereka berdua bertugas menyisir area yang akan dilewati tentara Amerika untuk mencari ranjau yang kemungkinan ditanam oleh tentara Irak.

J.T. Sanborn (Anthony Mackie) dan Owen Eldridge (Brian Geraghty) adalah dua orang tentara dari kesatuan tim gegana yag bertugas di Irak pada tahun 2004. Mereka berdua bertugas menyisir area yang akan dilewati tentara Amerika untuk mencari ranjau yang kemungkinan ditanam oleh tentara Irak.

Tugas tim ini bukanlah tugas yang mudah. Sanborn dan Eldrige tak boleh membuat kesalahan sekecil apa pun atau nyawa orang lain yang akan jadi korban. Itu terbukti ketika atasan mereka jadi korban dalam salah satu misi yang mereka lakukan. Namun kesadaran akan pentingnya ketelitian itu dengan segera menjadi sesuatu yang tak lagi diperlukan ketika tim ini mendapat pimpinan baru.

Tak seperti atasan sebelumnya, Sersan William James (Jeremy Renner) adalah seorang tentara yang 'tak biasa'. James selalu melakukan tindakan yang menurut aturan standar militer adalah tindakan yang ceroboh dan tak bertanggung jawab. Namun sebagai bawahan, Sanborn dan Eldridge hanya bisa mengikuti perintah atasan. (Sumber: Fatchur Rochim, http://www.kapanlagi.com/)

NEXT DAY AIR

'NEXT DAY AIR', Paket Misterius Pembawa Malapetaka

Pemain: Cisco Reyes, Donald Faison, Lauren London, Mos Def, Darius McCrary, Mike Epps, Wood Harris, Debbie Allen

Resensi Film
Betapa kaget Brody (Mike Epps) dan Guch (Wood Harris) saat mendapati bahwa paket yang dikirim ke rumah mereka ternyata berisi 10 kg kokain dengan kualitas terbaik. Brody dan Guch tak tahu siapa pengirim paket itu, namun mereka yakin nasib mereka akan segera berubah. Hanya saja mereka tak pernah tahu bahwa nasib mereka akan berubah menjadi sial gara-gara paket itu.

Ternyata, paket berisi kokain itu dimaksudkan untuk sepasang kekasih, Jesus (Cisco Reyes) dan Chita (Yasmin Deliz), yang tinggal di sebelah rumah Brody dan Guch. Tapi karena kesalahpahaman, Leo (Donald Faison), sang petugas pengiriman barang justru mengirimnya ke rumah Brody dan Guch. Melihat kesempatan emas ini jelas Brody dan Guch tak mau melewatkannya dan berencana menjual kokain it lewat Shavoo (Omari Hardwick).

Jesus dan Chita yang merasa kehilangan barang jelas mulai khawatir. Mereka khawatir kalau Bodega Diablo (Emilio Rivera) tahu bahwa kokain itu hilang. Dalam waktu singkat, kekacauan pun terjadi. Semua berusaha mendapatkan barang senilai US$1 juta itu meski resikonya juga tak kecil. (Sumber: Fatchur Rochim, http://www.kapanlagi.com/)

MONSTERS VS. ALIENS

'MONSTERS VS. ALIENS', Para Monster Pelindung Bumi


Pemain: Reese Witherspoon, Paul Rudd, Rainn Wilson, Hugh Laurie, Seth Rogen, Will Arnett, Kiefer Sutherland, Stephen Colbert

Resensi Film
Sebuah meteor yang jatuh ke bumi menimpa Susan Murphy (Reese Witherspoon) yang akan segera melangsungkan pernikahan. Meski tak menyebabkan luka pada tubuh Susan namun meteor tersebut membawa dampak pada Susan. Meteor itu menjadikan Susan seorang raksasa. Perubahan fisik ini jelas mengacaukan kehidupan Susan yang semula normal.

Pemerintah yang menyadari potensi Susan kemudian membawa raksasa wanita ini ke sebuah fasilitas milik militer yang khusus mengumpulkan para penghuni bumi yang memiliki 'keistimewaan' seperti Susan. Di fasilitas ini Susan kemudian bertemu dengan monster lain seperti Dr. Cockroach, Ph.D. (Hugh Laurie), Missing Link (Will Arnett) dan B.O.B. (Seth Rogen).

Saat sebuah armada pesawat ruang angkasa dari dunia lain yang dipimpin Gallaxhar (Rainn Wilson) datang untuk menguasai bumi, mau tak mau Jenderal W.R. Monger (Kiefer Sutherland) yang memimpin tim monster ini harus mengerahkan pasukannya untuk melindungi bumi dari serangan para makhluk asing itu.

Teknologi film 3D memang bukanlah hal yang baru. Film yang dibuat dengan teknologi ini sudah muncul cukup lama dan hingga saat ini sepertinya masih belum mampu mengambil alih posisi format 2D. Banyak alasan yang membuat format ini tak terlalu populer di jalur film mainstream. Salah satunya adalah, sampai saat ini, format ini hanya muncul untuk memberi kesan 'wah' pada sebuah film. Tak lebih dari itu.

Tapi dalam kasus film MONSTERS VS. ALIENS ini, fitur 3D ini berhasil mengangkat film ini ke level yang lebih tinggi. Itu karena film ini sebenarnya tak berisi apa pun. Tanpa fitur 3D maka film ini hanya jadi sebuah film animasi yang lebih cocok dikonsumsi anak-anak. Ini patut disayangkan karena film ini sebenarnya didukung oleh pengisi suara yang berbakat seperti Reese Witherspoon, Seth Rogen, Will Arnett dan tentu saja Kiefer Sutherland.

Akhirnya kemampuan para voiceover itu jadi terasa sia-sia karena tak didukung dengan script yang cukup kokoh. Karakter Susan Murphy, misalnya, dibuat begitu datar sehingga Reese Witherspoon tak bisa berbuat banyak untuk membuat tokoh sentral ini lebih 'hidup'. Bahkan dari ide cerita pun film ini bisa dibilang sudah basi. Ide yang sama sudah diusung banyak film yang beredar jauh lebih dulu dari film ini.

Mau tak mau yang tersisa memang hanyalah wow factor yang ditawarkan oleh format 3D-nya. Penonton dibuat sibuk mengagumi tampilan luar sampai-sampai mereka tak sempat memperhatikan kekuatan alur cerita atau dialog yang sebenarnya jadi unsur penting dalam menilai sebuah film. Berbeda rasanya saat menonton MONSTERS VS. ALIENS dengan WALL-E yang punya kekuatan hampir di semua sisi, kecuali kenyataan bahwa WALL-E tak dibuat dalam format 3D tentunya. Jadi, sepertinya belum cukup alasan untuk menggeser format 2D dengan format 3D. (Sumber: Fatchur Rochim, http://www.kapanlagi.com/)

Sunday, April 26, 2009

SUPER CAPERS

SUPER CAPERS
Menjadi Superhero Tanpa Kekuatan Apapun


Pemain: Christine Lakin, Doug Jones, Tom Sizemore, Danielle Harris, Adam West, Chris Owen

Resensi Film
Ed Gruberman (Justin Whalin) sebenarnya hanyalah pria biasa yang bermimpi menjadi seorang superhero pembela kebenaran seperti yang selalu ia baca dalam komik. Meski tak memiliki kekuatan apapun, namun semangat Ed tak kalah dengan para superhero yang ia idolakan.

Suatu ketika, Ed mendapat kesempatan untuk mewujudkan mimpi-mimpinya dengan bergabung bersama para calon superhero lain dalam Super Capers. Seperti juga Ed, anggota Super Capers ini juga hanya mengandalkan semangat tinggi mereka dan tak memiliki kekuatan apapun.

Saat ada indikasi bahwa ada seorang penjahat yang berusaha menguasai dunia dengan cara menguasai harta karun yang tak ternilai harganya, para pembela kebenaran ini harus membuktikan bahwa mereka benar-benar akan melindungi yang lemah dari segala ancaman yang ada meski untuk melakukan itu mereka harus menembus lorong waktu dan kembali ke masa lalu. (sumber: http://tv.kapanlagi.com/)

BABYSITTER WANTED

'BABYSITTER WANTED', Tugas Sederhana Yang Berbahaya

Pemain: Sarah Thompson, Matt Dallas, Bruce Thomas, Bill Moseley, Kristen Dalton, Monty Bane

Resensi Film
Gencarnya berita di surat kabar yang menyebutkan beberapa orang hilang tanpa jejak setelah menerima pekerjaan sebagai babysitter ternyata tak membuat Angie (Sarah Thompson) mundur. Suatu ketika Angie mendapat panggilan wawancara untuk menjadi babysitter di sebuah peternakan di luar kota.

Tanpa curiga, Angie mendatangi tempat itu dan dengan segera ia mendapatkan pekerjaan yang ditawarkan itu. Tugas Angie hanya menjaga Sam (Kai Caster) selama Jim (Bruce Thomas) dan Violet Stanton (Kristen Dalton) keluar untuk makan malam. Angie tak tahu bahwa pekerjaan yang terdengar mudah itu akan menjadi sangat berbahaya.

Beberapa saat setelah Jim dan Violet pergi, Angie mulai mendengar suara-suara aneh yang membuatnya ketakutan. Angie pun kemudian menghubungi sheriff Dinelli (Bill Moseley) yang mengatakan bahwa ia akan segera datang ke tempat Angie. Sayangnya, sang sheriff tak cukup cepat karena sang peneror sudah terlanjur masuk ke dalam rumah. (Sumber: Fatchur Rochim, http://www.kapanlagi.com/)

RED MIST

'RED MIST', Diburu Musuh Yang Tak Terlihat

Pemain: Arielle Kebbel, Sarah Carter, Stephen Dillane, Andrew Lee Potts, Michael J. Reynolds, MyAnna Buring, Michael Jibson, Martin Compston, Colin Stinton, Alex Wyndham, Nick Hardin

Resensi Film
Buat seorang penyendiri seperti Kenneth (Andrew Lee Potts) rumah sakit tempat ia bekerja adalah sebuah neraka. Setiap hari, Kenneth harus menjadi bulan-bulanan sekelompok mahasiswa kedokteran yang ada di sana. Celakanya, suatu ketika tindakan para mahasiswa ini sudah kelewatan dan menyebabkan Kenneth koma.

Takut akan konsekuensi dari apa yang telah mereka lakukan, Catherine (Arielle Kebbel), salah seorang mahasiswa kedokteran di sana, kemudian mencoba sebuah ramuan obat yang belum pernah diuji sebelumnya dengan harapan dapat mengembalikan Kenneth. Sayangnya usaha Catherine ini malah mengakibatkan malapetaka buat mereka.

Serum obat itu ternyata bukan membangkitkan Kenneth dari kondisi koma, tapi malah memberinya kekuatan untuk 'keluar' dari jasadnya dan mengambil alih tubuh orang lain untuk melampiaskan dendamnya yang telah lama terpendam. Kini, Catherine dan kawan-kawan harus menghadapi musuh yang tak terlihat dan siap merenggut nyawa mereka satu per satu. (Sumber: Fatchur Rochim, http://www.kapanlagi.com/)

PANDORUM

'PANDORUM', Teka-Teki Pesawat Hantu

Pemain: Dennis Quaid, Ben Foster

Resensi Film
Payton (Dennis Quaid) dan Bower (Ben Foster) adalah dua orang astronot yang sedang bertugas di sebuah pesawat ruang angkasa. Setidaknya itulah yang mereka berdua ketahui. Mereka berdua terbangun dari kondisi hybernate dan menyadari bahwa mereka berdua tak ingat apa pun yang terjadi sebelumnya.

Dalam kebingungan mereka menyimpulkan bahwa hanya mereka berdualah yang tertinggal di pesawat yang seolah ditinggalkan itu. Tak tahu arah yang dituju pesawat mereka dan dari mana mereka berasal, Payton dan Bower lantas berusaha menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi pada pesawat dan kru yang lain. Satu-satunya cara menyelidiki hanyalah dengan cara menelusuri lorong saluran udara yang menghubungkan ruang mereka dengan ruangan-ruangan lain.

Bower kemudian mulai menelusuri saluran udara ini dengan dibantu Payton yang mengawasi dari belakang. Satu-satunya alat komunikasi yang bisa mereka gunakan hanyalah radio komunikasi yang tertinggal di sana. Semakin jauh Bower, semakin terungkap pula misteri hilangnya ingatan mereka dan apa yang sebenarnya telah terjadi pada pesawat mereka. (Sumber: Fatchur Rochim, http://www.kapanlagi.com/)

MOON

'MOON', Misi ke Bulan

Pemain: Sam Rockwell, Kevin Spacey

Resensi Film
Tugas yang dibebankan pada Sam Bell (Sam Rockwell) memang bukanlah tugas ringan. Lunar, perusahaan tempat Sam bekerja menugaskan Sam ke bulan untuk 'menambang' Helium 3 yang akan dijadikan energi alternatif di bumi. Sam ditugaskan selama tiga tahun penuh dan hanya akan ditemani satu robot bernama Gertie (Kevin Spacey).

Selama tiga tahun, Sam menjalankan tugasnya dengan baik tanpa sedikitpun mengeluh. Sendirian di bulan selama tiga tahun penuh memang membuat Sam punya banyak waktu merenungi segala yang telah ia perbuat. Sam berharap bisa cepat pulang dan menemui anak dan istrinya yang telah lama ia tinggalkan. Namun semakin dekat Sam dengan hari terakhirnya di bulan, kejadian aneh mulai bermunculan.

Sam mulai melihat dan mendengar hal-hal yang ia ragukan keberadaannya. Ketika terjadi sebuah kecelakaan pada saat penambangan, Sam menemukan petunjuk yang mengarah pada kemungkinan Lunar akan menggantikan posisi Sam dengan orang lain. Orang yang sudah tak asing lagi buat Sam. Di titik ini, Sam mulai meragukan ingatan yang ia miliki mengenai apa yang terjadi sebelum ia berangkat ke bulan. (Sumber: Fatchur Rochim, http://www.kapanlagi.com/)